Minggu, 18 September 2011

Vampire

Selama ratusan tahun, kepercayaan adanya Vampire terus berkembang. Dalam mitologi Assyria, Babylonia dan Sumeria, dapat ditemui sosok bernama Lilith, yang dideskripsikan sebagai sosok wanita iblis dan mirip dengan character Vampire modern saat ini.

Sebutan “Vampire”, merujuk pada mayat yang bangkit dari kematian, dan penyebab mengapa mayat dapat hidup kembali dapat berbeda-beda, tergantung kita melihat pada kepercayaan yang mana. Misalnya di Cina, mayat dapat hidup kembali karena dilangkahi oleh kucing. Di Cina juga dikenal sebutan Jiang Shi (mayat kaku), yaitu mayat hidup yang berjalan dengan melompat. Vampire jenis ini sering kita lihat di layar kaca dan dikenal dengan sebutan "Vampire Cina". Berbeda dengan Vampire versi Holywood, sering digambarkan sebagai sosok mempesona yang penuh karisma.



Pada abad ke-17, ketakutan pada Vampire menyelimuti Eropa. Banyak orang mengaku melihat mayat yang bangkit dan berjalan. Pemerintah bahkan harus turun tangan untuk meredakan ketakutan akan Vampire. Manusia abad pertengahan di Eropa percaya bahwa mayat dapat bangkit kembali karena memakan kain kafan, sehingga Vampire abad pertengahan disebut “pemakan kain kafan”. Cara membasmi Vampire adalah dengan mengeluarkan kain kafan dimulutnya dan mengganti dengan sesuatu yang tidak dapat dimakannya, misalnya batu atau kayu. Cara ini berbeda dengan film fiksi pembasmi Vampire modern yang sering kita saksikan.


Vampire merupakan cerita yang berkembang di Eropa ketika wabah penyakit menyerang benua tersebut. Wabah Black Death merupakan salah satu wabah terburuk yang pernah terjadi, penduduk Eropa berkurang hingga 60 % pada saat itu. Cerita Vampire memang terkait dengan kematian akibat penyakit misterius, seperti penyakit pes yang merupakan salah satu jenis Black Death. Wabah pes menyebabkan demam tinggi, mual, sakit kepala, sakit pada sekujur tubuh, dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru sehingga menyebabkan darah mengalir di bibir. Hal ini mungkin yang memicu munculnya “Vampirisme”.

Kemudian, Vampire mencapai puncak ketenarannya dengan menghiasi berbagai literatur. Kata “Vampire” pertama kali digunakan pada tahun 1734 dalam cerita “Travels of Three English Gentlemen”, dan salah satu cerita Vampire yang paling berpengaruh, muncul pada tahun 1819, berjudul “The Vampyre” karya John Polidori. Tahun 1897, penulis Irlandia bernama Bram Stoker, menulis novel berjudul “Dracula”, dimana Dracula adalah nama seorang bangsawan Vampire yang berasal dari Transilvania, Rumania. Pada awalnya, muncul persepsi bahwa nama Drakula diambil Bram Stoker dari gelar “Draculea” yang disandang seorang Pangeran Wallachia dari Transilvania, Rumania. Pangeran Wallachia tersebut bernama Vlad III, dan ia terkenal karena kekejamannya. Ayah Vlad III adalah Vlad II, yang merupakan anggota orde naga (Dracul). Vlad III kemudian digelari Draculea (anak naga), yang kemudian disebut “Dracula” dalam bahasa Inggris.

Tapi, ternyata Bram Stoker tidak mengetahui tentang Vlad III ataupun gelar Draculea, Bram Stoker sebenarnya mengambil nama Dracula dari buku “An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia”. Mengenai fisik Dracula ala Bram Stoker, mirip dengan fisik sahabatnya yang bernama Sir Henry Irving, yang berperangai buruk. Perangai buruk Sir Henry Irving mungkin turut mengilhami Bram Stoker dalam menciptakan character Dracula, walaupun Bram Stoker juga mengambil rujukan beberapa cerita Vampire dan menambahkan ciri baru pada character Dracula ciptaannya, yaitu tidak memiliki bayangan pada cermin. Selanjutnya, Vampire dan Dracula seakan-akan menjadi dua character yang berbeda, yang sebenarnya, Dracula merupakan nama seorang Vampire.

Imajinasi Bram Stoker akan character Vampire, menjadikan bahan dasar bagi terciptanya character-character Vampire modern yang menghiasi film-film Holywood saat ini. Mulai dari pembasmi Vampire setengah manusia, hingga Vampire romantis dalam Twilight, yang cukup mengharu biru perasaan jutaan orang didunia. Vampire sering digambarkan sebagai makhluk berkulit pucat, takut sinar matahari dan bawang putih. Dalam sains, dikenal penyakit langka yang bernama Porphyria, yaitu penyakit kelainan gen. Penderita penyakit ini memiliki kulit yang berwarna biru pucat, dan sinar ultraviolet dapat membakar kulit penderita. Penderita juga harus menghindari bawang putih, karena dapat memperparah kondisinya. Rumornya, penderita harus meminum darah karena kualitas darah mereka yang rendah, meminum darah yang terus-menerus dapat menyebabkan kecanduan. Ciri-ciri penderita penyakit Porphyria tampaknya sesuai dengan deskripsi sosok Vampire dalam film. Saat ini, Vampire adalah cerita takhyul yang sukar dipercaya, tapi sejumlah komunitas mengaku bahwa mereka adalah sekelompok Vampire. Vampire menjadi gaya hidup mereka, sehingga mereka berdandan dan menjalani hidup layaknya seorang Vampire.

Bumi semakin tua, dan manusia terkadang menjalani hidup didunia dengan tingkah yang aneh dan terkesan tidak wajar. Semoga kita tidak mudah terpengaruh dengan gaya hidup tidak baik yang sering muncul akhir-akhir ini, sekaligus dapat menyikapinya dengan bijaksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Music